Minggu, 11 November 2012

Another ways

Lagi galau? Sebal? Benci? atau perasaan lain yang memang pedes kalau disimpan sendiri?

Well, sebagai perempuan saya mengerti rasanya.
Kalau kita lagi jatuh cintrong, lagi galau, sedih, kesal, capek, atau apalah sebagian besar perempuan mungkin akan menceritakannya pada teman atau dengan tulisan.

Berdasarkan pengalaman saya, kalaupun memang kita nggak punya teman atau nggak punya tempat untuk cerita melalui lisan, kita bisa menulisnya.
Tapi tunggu dulu, menulisnya disini bukan berarti memalui media sosial yang seluruh kenalanmu bisa membacanya.

deep-breath
Memang status, tweet, BM seseorang belum tentu mencermikan karakter orang tersebut.
Tapi bagaimana tanggapanmu kalau tiba-tiba melihat seseorang yang terlintas di TL mentweet berpuluh-puluh kali tweet bernada kemarahan? Mencaci dan menyindir seseorang?

Apakah itu sopan dan menyelesaikan masalahmu? Tidak. :)

Menurut saya, jangan sekali-sekali marah-marah atau melampiaska kekesalanmu dii jejaring sosial. Hal ini menyebabkan penilaian orang disekitar kamu akan berubah.
Pertama, orang pasti mengira kamu suka mengeluh tanpa ada niat menyelesaikan masalah.
Kedua, pikirkan, apakah dengan kamu mencaci, mengeluh, dan marah-marah membentak dengan #nomention apakah orang yang kamu tuju akan paham dan menghargai perasaanmu? Apakah masalah selesai dengan membiarkan perasaanmu dilihat oleh orang lain?

Nah, sudah saatnya dewasa.
Melampiaskan perasaan boleh dengan tulisan, tapi pintar-pintarlah untuk bersosialisasi.
Pikirkan apa yang kamu tuis apakah berkenan di hati orang lain.

Saran lainnya, kalau memang lewat tulisanmu merasa didengarkan, tulislah sesuatu yang berguna dan memang akan menyelesaikan masalahmu.
Bilapun ingin melampiaskan perasaan dongkol, tulislah, kemudian hapus atau draft tulisan tersebut. Insya Allah kedongkolan akan berkurang dan tidak ada orang yang tersindir atau menjadi tidak nyaman denganmu.