Selasa, 22 September 2009

Acan :)



Kita baru merasa sesuatu itu berharga saat kita kehilangannya. Mungkin itu kalimat yang pas.
Tanggal 21 September 2009 , tepatnya hari kedua lebaran. Aku sudah balik ke Banjarbaru. Seharian kupikiir hari yang biasa, tanpa sms seseorang, nggak ngeliat seseorang, santai, nggak kemana-mana. Bener-bener tanpa kejadian yang wah.
Tapi, menjelang sore, hal yang benar-benar buat aku nyesal malah muncul.
Saat aku dan mama lagi santai nonton tv, paman ku yang meminjam mobil datang. Halda sepupuku yang membukakan pagar. Masih santai.
Tiba-tiba papa ku berteriak kencang, “Mah, kucing! Ambil! Ketabrak!”. Semula aku pikir papah biasa melakukan guyonan kucing kesayanganku tertabrak. Ternyata sore itu tidak.
Aku berlari menuju halaman. Ku lihat Acan, kucing yang sudah hidup dari aku belum lahir (skrg aku 16 thn), uda lumpuh kesakitan. Astagfirullah! Acan!!! Yang benar-benar aku nggak bayangkan!
Sedihhhhh....... banget! Aku kaget. Dia, aku,keluargaku, sudah jaga hidupnya Acan sampai umur yang mungkin hampir 20 tahun itu. Dan mati kesakitan ditangan paman ku sendiri?
Aku nggak marah sama paman ku, bukan aku nggak marah, tapi aku nggak bisa marah. Toh, pamanku sendiri.
Aku tau, sebenernya paman ngeliat acan duduk ditengah pagar, tapi tetep aja paman tabrak. Intinya, sengaja. Tapi aku juga nggak ngerti kenapa paan tega segitunya. Sedangkan paman tahu Acan itu benar-benar udah nemenin aku sejak aku belum lahir. Masa harus setega itu (mata mulai berkaca-kaca lagi)
Udah lah, aku nggak mau nangis lagi. Toh mataku uda bengkak dan semua uda terjadi.
Aku nyesal. Seandainya. Seandainya tadi aku jemput dulu Acan diluar, aku nggak bakal biarin dia sendiri lagi. Atau seandainya selama hidupnya aku selalu nyayangin dia melebihi menyayangi anak kucing yang lain. Atau seandainya masih dikasih waktu buat bilang “ aku sangat-sangat sayang acan.”
Ya sudahlah, nggak papa. Mungkin emank gini cara dia mati. Dari pada hilang entah kemana, atau sakit apa yang nggak sembuh-sembuh.
Ingat acan yang dulu, yang nakal. Yang kalo ada anak kucing dikerjain habis-habisan sama aku. Pernah masuk sumur juga sampai aku seseungukkan mau nyeburin diri. Sering mendadak kejang-keejang, mungkin ada penyakitnya. Liat matanya yang cantik yang warnanya biru.
Inilah kucingku yang sudah berumur hampir 20 tahun.
Pernah aku membaca buku, kucing paling tua akan bertahan samapi usia 20 tahun. Awalnya, kupikir Acan masih bisa nemenin aku sampai tua. Pasti bisa. Ternyata gini jadinya.
Sebelum mati, Acan kayak ngamuk gitu, baru pertama kali aku liat Acan kesakitan sampai pipis, sampai berak darah, sampai kejang-kejang , sampai semua kuknya keluar.
Aku tau emang nggak selamat lagi, tapi nggak gini. Aku nangis sejadi-jadinya. Ngadu sama Tuhan, kalo Acan masih punya umur, aku bakal nyayangin dia tuus, selalu. Tai toh uda takdir Tuhan.
Aku bilang ke Acan, “acan, kalo mau pergi, sekarang aja. Jangan ditahan. Aku nggak mau liat kamu kesakitan, karena Nisa udah ikhlas”.
Acan yang mulanya ngelepar-ngelepar kesakitan, langsung lemas. Diam. Ternyata mati.
Oooohh.. gitu. Mungkin dia minta rela aku dulu.
Aku tau, kucing coklat yang sebagian bulunya sudah pudar ini memang paling sayang sama aku. Tiap aku berbaring, dia naik kebadanku. Nguis-nguis kayak menggali sesuatu. Itulah acan, dengan segala sejarah yang dipendamnya.
Tau atau nggak dia, aku selalu sayang sama Acan. Makasih buat Acan yang setia nemenin aku dari aku bayi, dari aku yang nakal banget, sampai aku sekarang yang pendiam, yang lebih suka melototin layar-layar elektronik. Tapi pasti dia tau, kalau dia “The Best sister in my life”.
See u in heaven. Maybe our God had another way to us.
Tenanglah Acan disana, karena aku disini masih akan mengingat muka tua mu yang cantik. T~T

1 komentar:

  1. Kasian ya kucingnya? Hmm..salam kenal kak! Aku blogger Tanjung,Kalsel.. Mampir ke blog aku yah http://www.riedhagookil.com

    BalasHapus