Sabtu, 18 Januari 2014

Ka Dhini

Ka Dhini itu kakak kandung saya, yang selisih umur kami sekitar 7 tahun.

Dulu,
Sekitar usia Sekolah dasar dan Ka Dhini sudah SMP, hampir setiap hari berantem. Cuma karena hal kecil yang biasa direbutkan anak-anak.
Selisih umur 7 tahun, tapi Ka Dhini memang bersikap seperti anak seusia saya.
Merasa ka Dhini sangat menyebalkan dan sebaiknya saya punya kakak laki-laki saja! Tidak mau kakak perempuan seperti dia!

Dulu lagi... setelah kata dulu yang pertama tadi,
Sekitar usia saya di akhir masa sekolah dasar dan ka Dhini sudah SMA keadaan berubah. Sebelumnya saya merasa ka Dhini terlalu menyebalkan dan dialah penyebab semua pertengkaran kami. Tapi di dulu yang kedua ini, saya yang menyebalkan.
Ka Dhini yang punya pacar mulai sering smsan, dan saya yang membongkar sms-nya, heboh dan mengejek.
Akhirnya, yaaaa kami berkelahi :D

Dulu lagi, setelah dulu yang kedua,
Saat saya SMP, ka Dhini sudah kuliah di kedokteran. Terlihat sangat sibuk, dan rasanya sulit untuk "mencari masalah" lagi. 
Sepertinya ka Dhini sudah duluan dewasa dan saya terjebak di umur belasan.

Dulu kemudian, saat saya SMA, dan ka Dhini sedang menjalani Koas dokternya, kami berbeda kota. Dalam seminggu mungkin hanya sempat bertemu beberapa hari atau bahkan beberapa jam.
Rasanya hubungan kami jadi sangat dewasa :D
Tapi rasanya jadi jauhan, jarang berantem, dan jarang ngobrol yang kadang menyebalkan.

Tapi kemudian, saat sekarang saya sudah 20 tahun dan ka Dhini punya anak umur 8 bulan, rasanya sangat beda.
Saya yang mulai berpikiran jauh untuk beberapa tahun kedepan, dan ka Dhini yang ada di umur dewasanya rasanya jadi seperti kunci dan gembok.
Sebelumnya, saat jaman SMA saya punya pacar (yang sekarang jadi mantan), saya tidak pernah cerita. Rasanya masih "untuk apa sih cerita dengan si cerewet ini?"
Tapi sekarang, inilah pentingnya saudara kandung perempuan. Rasanya melegakan menangis untuk cerita tentang kampus, kuliah, dan masalah hati.
Tanggapannya mungkin simpel, cuma ketawa. 
Tapi ketawa yang menenangkan. 
Yang dia keluarkan bukan lagi celotehan saat saya putus dari mantan sebelumnya.
Sekarang yang dia ucapkan adalah hal yang sangat sederhana dan tidak memojokkan.
Ka Dhini nggak pernah ngasih solusi, tapi dia memberi saya sudut pandang yang lain.
Diceritakan pun hanya memberi tawa, padahal saya sudah berkaca-kaca.
Tapi sikap ini menenangkan :)
Makasih Ka Dhini. Beberapa hari ini mungkin akan sangat merepotkan :D

Tidak ada komentar:

Posting Komentar